Kemdikbudristek memperingati Hari Down Syndrome Internasional (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemdikbudristek, Iwan Syahril, mengajak masyarakat untuk menciptakan pendidikan yang berkeadilan bagi semua anak tanpa memandang perbedaan.
Hal ini disampaikan dalam peringatan Hari Down Syndrome Internasional sekaligus webinar pendidikan khusus bertajuk `Pendidikan Bermutu Bersama Kami`, di Jakarta pada Selasa (15/3) kemarin.
Dikatakan Iwan, berdasarkan data World Health Organization (WHO), setiap tahun sekitar 3.000 sampai 5.000 anak lahir dengan kondisi down syndrome. Hingga kini, diperkirakan terdapat 8 juta penderita down syndrome di seluruh dunia.
Oleh karena itu, Kemdikbudristek melalui kebijakan Merdeka Belajar selalu berpihak pada setiap anak dan terus mendorong tumbuhnya sekolah-sekolah inklusi.
"Prinsipnya, sekolah hadir memberikan kesetaraan hak bagi setiap anak dan menghadirkan pembelajaran yang mengakomodir semua peserta didik termasuk bagi penyandang disabilitas," kata Iwan.
Berdasarkan data pokok pendidikan (Dapodik) per Desember 2022, sebanyak 40.928 sekolah telah melaksanakan pendidikan inklusi baik di jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta.
Dari jumlah satuan pendidikan tersebut, sebanyak 135.946 peserta didik berkebutuhan khusus telah melaksanakan pembelajaran di dalamnya.
Lebih lanjut, Iwan Syahril berpesan kepada masyarakat agar terus memberikan motivasi dan kekuatan psikologis bagi orang tua anak down syndrome. Selain itu, Iwan juga mengajak masyarakat agar memberikan ruang bagi anak-anak down syndrome untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan anak-anak lainnya.
"Semoga kita selalu diberi kekuatan dalam mewujudkan cita-cita, mimpi bersama dalam mewujudkan pendidikan inklusif, adil, dan merata bagi seluruh anak-anak di Indonesia," harap Iwan.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dharma Wanita Pusat, Franka Makarim, mengajak masyarakat untuk bersama-sama menguatkan tekad mewujudkan pendidikan yang kondusif dan suportif.
Dikatakan Franka, masih banyak anak-anak down syndrome yang mengalami diskriminasi karena kondisi yang dimiliki. Hal tersebut tidak hanya merugikan anak, tetapi juga bagi lingkungan sekitarnya.
"Setiap anak memiliki potensi yang dapat mendukung kemajuan masyarakat serta bangsa dan negara. Oleh karena itu, sosialisasi publik yang lebih luas perlu dilakukan agar pola pikir dan pemahaman orang tua, guru, dan masyarakat umum terus berubah dalam menyikapi down syndrome," ujar Franka.
KEYWORD :Sekolah Inklusi Kemdikbudristek Iwan Syahril Ditjen PAUD Dikdasmen